Mencari diriku yang hilang

     Setelah menikah baru aku sadari bahwa aku belum sepenuhnya mengenal diriku. Kata-kata yang dulu sering bersliweran  di telingaku tentang anak muda 'mencari jati diri' ternyata belum juga aku temukan. Aku tersadar ternyata sekarang sudah 24 tahun sudah menikah serta memiliki anak tetapi masih juga mencari jati diri. Tidak ada kata terlambat untuk mengenal 'Siapa sebenarnya diri kita? untuk apa kita dilahirkan ? untuk apa kita hidup ? bakat apa yang telah kita bawa ? apa yang bisa kita lakukan untuk memberikan manfaat pada orang lain ?' dan masih banyak lagi.

    Kata-kata bijak merupakan suatu kalimat yang memiliki energi positif untuk kita. Salah satu dampak ketika kita membaca kata-kata bijak adalah menjadi 'sadar' dan lebih bersemangat menjalani hidup. Maka sebelum membaca kata-kata bijak, penting sekali kita mengenal diri kita dengan cara selalu melakukan intropeksi diri. 


 

    Kata-kata bijak sering kali dicari ketika kita merasa down, hilang arah, putus asa, bersedih, marah, senang dan lain sebagainya. Kita akan mencari kata-kata yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang kita alami. Aku pun juga begitu, ketika merasa sedang down karena suatu hal, selalu membaca kata-kata bijak untuk diriku sendiri. Seringnya kata-kata bijak banyak kita temukan di Al-Quran. MashaAllah memang benar Al-Quran merupakan sebuah obat untuk manusia. 

    Jika aku sedang dalam fase putus asa, yang akan selalu aku ingat adalah surah Al- Insyirah ayat 5-6 "sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan" maka jika Allah telah berfirman demikian, apalagi yang kita jadikan alasan untuk berputus asa. Dan yang membuatku sangat yakin, ayat tersebut diulang, yang menandakan bahwa jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah.

    Sedangkan jika aku sedang dalam keadaan gelisah, terkadang terfikirkan juga apakah Allah menjamin Rezeki hamba-hamba Nya?. Ternyata banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan hal tersebut. Ayatnya ada pada Q.S Hud ayat 6 "Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di Bumi melainkan semuanya dijamin Allah Rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya semua (tertulis) dalam kitab yang nyata (lauh) mahfuz". MashaAllah, sangat jelas sekali Allah maha pemberi rezeki. Allah tidak akan membiarkan hambanya hidup kesusahan dan kelaparan. Tapi memang Allah menguji hambanya dengan berbagai ujian telah dijelaskan juga dalam Q.S Al-Baqarah ayat 155-157 "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang ketika ditimpa musibah ia mengucapka 'Innalillahi wainnailaihi raajiun (Sesungguhnya kmai milik Allah dan hanya kepada Nya lah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". 

    Sering juga terdengar di lingkungan sekitarku, bahwa banyak anak banyak masalah. Anak hanya menambah beban. Mendengar hal tersebut kok saya merasa sakit hati ya, padahal kan anak adalah anugrah yang tidak semua orang mendapatkannya. Jika hati merasa sempit memikirkan biaya untuk menghidupi anak, maka lihatlah dalam Al-Quran. Allah yang pemberiannya sangat luas berfirman dalam Q.S. Al-Isra ayat 31 "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar". Dari situlah menguatkan aku bahwa anak bukanlah sebuah beban, jika memang terkendala dalam hal rezeki, perlu kita telaah juga. Rezeki bukan tentang uang saja. tetapi anak tumbuh dengan sehat dan sempurna adalah sebuah rezeki yang tak terhingga. 

    Dihidup ini terdapat banyak sekali fase. Ibarat dunia merupakan panggung sandiwara maka fase-fase itu disebut scene. Terkadang senang, bahagia, sedih, marah, kecewa, tertawa, menangis, menangis sambil tertawa, tertawa sambil menangis. Orang hanya melihat kita tingi dan rendah, kita pun juga sama melihat orang juga tinggi dan rendah. Itulah hidup yang kata orang jawa Sawang sinawang. Orang di atas gunung merasa melihat orang yang dibawahnya kecil, namun ia tidak sadar bahwa orang dibawah melihat ke atas gunung juga kecil. Itulah hidup, maka jalan tebaik adalah selalu mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan. "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat" Surat Ibrahim ayat 7. 

    Hidupku sebagai ibu rumah tangga sering kali mendapat cibiran orang-orang sekitar. ihh sekolah tinggi-tinggi kok cuman jadi ibu rumah tangga. Begitulah kira-kira isi cibirannya. Awal mendengar hal tersebut sempat membuatku marah dan merengek minta izin kerja kepada suami. Dengan kondisi anak yang masih bayi, masih membutuhkan ASI. Hal yang dahulunya sangat mengganggu pikiranku dan sekarang sudah tidak lagi mengganggu karena aku selalu merenung. Dalam benakku hatiku berkata "yaa terserah orang lain mengangap ibu rumah tangga itu pekerjaan yang remeh, yang penting suamiku dan anakku tidak pernah menganggap itu hal remeh malah mereka selalu memuliakan aku. Prestasi seorang ibu tidak ditentukan dari seberapa ia dapat menghasilkan uang, tetapi seberapa ia dapat menciptakan kebahagiaan dan kedamaian didalam rumahnya. Memang sayang sekali sekolah sampai sarjana endingnya dirumah saja, tetapi akan lebih sayang sekali ketika melihat anak tumbuh tanpa kaish sayang ibunya. Mungkin pekerjaan tersebut bisa digantikan orang lain, tetapi menjadi ibu tidak bisa digantikan atau bahkan diulang". Kata-kata dalam hatiku tersebutlah yang menjadikan aku lebih kuat dan tidak memandang wanita lainnya lebih tinggi ataupun lebih rendah dariku. wanita berkarir mungkin ada alasan tersendiri melakukan hal itu, pun juga sama wanita yang menjadi ibu rumah tangga juga memiliki alasan tersendiri melakukan hal itu. Aku bersyukur diberikan waktu mengurus dan mendidik anakku, mengurus suamiku, menciptakan kehangatan cinta didalam rumahku. Itulah aku seorang ibu rumah tangga yang sering di cibir heheheh.

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,

Baca artikel detiknews, "Surat Al Baqarah ayat 155 - 157 : Keutamaan Bersabar saat Mendapat Ujian" selengkapnya https://news.detik.com/infografis/d-4997323/surat-al-baqarah-ayat-155---157--keutamaan--bersabar-saat-mendapat-ujian.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,

Baca artikel detiknews, "Surat Al Baqarah ayat 155 - 157 : Keutamaan Bersabar saat Mendapat Ujian" selengkapnya https://news.detik.com/infografis/d-4997323/surat-al-baqarah-ayat-155---157--keutamaan--bersabar-saat-mendapat-ujian.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

    Sejatinya, Aku hanya bertanggung jawab atas apa yang telah diamanahkan terhadapku. Aku tidak pernah di tugaskan untuk membahagiakan semua orang. Aku pun sebisa mungkin bukan menjadi penyebab orang lain bersedih. Setiap hari aku selalu berusaha melakukan hal yang bermanfaat sesuai porsi dan versi ku. Aku tidak pernah menutup telinga jika ada yang memberikan saran ataupun kritiknya, ku anggap itu sebuah cermin untukku. Jika aku sedang bersalah, aku selalu berupaya menyadarkan diri seraya meminta maaf. Rasa syukur selalu terpanjat ketika aku mendapatkan kebahagiaan itulah caraku berterimakasih. Aku memiliki pondasi dalam menjalani hidup, hidup untuk menanam dan memanen. Aku harus menanam kebaikan untuk memanen kebaikan. Tentu saja kalian tidak harus memiliki prinsip yang sama seperti diriku. Ada hal yang selalu aku ingat sebagai tujuan hidupku, menjadi manusia yang bermanfaat untuk diriku dan orang di sekitarku. Proses hidup ibarat pertualangan. Setiap petualangan menyisakan pembelajaran untuk kita ambil hikmahnya. Hadapilah setiap petualangan itu dan selesaikan dengan baik. Dalam hidupku, aku tidak sedang bertanding dengan siapapun, namun aku selalu bertanding dengan diriku yang lalu. Aku memiliki awal dan akhir, dan setiap hari aku selalu berharap akhir yang baik untuk hidupku. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suamiku adalah sahabatku, surat ini untukmu

Cara membahagiakan diri sendiri

Anti bingung memilih kado pernikahan